METABOLISME LIPID
TRANSPOR
LEMAK
Pada umumnya 2,5 hingga 3 jam setelah
orang makan makanan yang mengandung banyak lemak , kadar lemak dalam darah akan
kembali normal. Dalam darah lemak diangkut dalam tiga bentuk, yaitu berbentuk
kilomikron, partikel lipoprotein yang sangat kecil, dan bentuk asam lemak yang
terikat dalam albumin. Kilomikron yang menyebabkan darah tampak keruh, terdiri
atas lemak 81-82%, protein 2%, fosfolipid 7% dan kolesterol 9%. Kekeruhan akan
hilang dan darah menjadi jernih kembali apabila darah telah mengalir melalui
beberapa organ tubuh atau jaringan-jaringan, karena terjadinya proses
hidrolisis lemak oleh enzim lipoprotein lipase. Lipoprotein lipase terdapat
dalam sebagian besar jaringan, dan terdapat dalam jumlah banyak pada jaringan adipose
dan otot jantung. Sebagian besar lemak yang diabsorbsi diangkut ke hati. Di
sisni lemak diubah menjadi fosfolipid yang kemudian diangkut ke organ-organ
maupun jaringan-jaringan tubuh.
Gambar
2.1 bagan reaksi biokimia selama absorbsi dalam usus
Sel mukosa
asam lemak asam lemak
ATP
KoA ADP + P1
glukosa
asli KoA
fosfogliserat
monogliserida-P
membran
gliserol
mikrovilus
asli KoA
digliserida-P
monogliserida digliserida
asli KoA
trigliserida
lipoprotein
kilomikro
kilomikro Oksidasi
Asam Lemak Jenuh
Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan yang mengandung
lemak, tetapi dapat pula berasal dari karbohidrat dan protein. Hal ini dapat
terjadi karena ada hubungan antara metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein atau asam amino. Asam lemak yang terjadi
pada proses hidrolisis lemak, mengalami proses oksidasi dan menghasilkan asetil
koenzim A. Salah satu hipotesis yang dapat diterima ialah bahwa asam lemak
terpotong 2 atom karbon setiap kali oksidasi. Oleh karena oksidasi terjadi pada
atom karbon B; maka oksidas tersebut dinamakan B oksidasi. Sebagai contoh asam
heksanoat mengalami proses oksidasi yang terdiri atas beberapa tahap reaksi
yang terjadi, yaitu pembentukan keksanoil KoA (reaksi 1); pembentukan senyawa
tidak jenuh dengan cara oksidasi (reaksi 2); hidrasi (reaksi 3); oksidasi
(reaksi 4) dan pemecahan menjadi asetil KoA dan butiril KoA (reaksi 5). Reaksi 2 sampai dengan reaksi 5
terulang lagi untuk butiril KoA, yang menghasilkan 2 moleku asetil KoA. Tahap-tahap
reaksi tersebut akan dibahas satu per satu secara umum:
1. Pembentukan asli KoA dari asam lemak R – CH2CH2COOH
berlangsung dengan katalis enzim asli KoA sintetase atau disebut juga tiokinase
dalam dua tahap yaitu:
O
Mg++
Enzim
+ RCH2CH2COOH + ATP [ RCH2CH2C –
AMP] – E + PP1
O
O
[RCH2CH2C – AMP]
– E + HSKoA RCH2CH2C – SkoA +
AMP + E
O
Mg++
RCH2CH2COOH + ATP + HSKoA RCH2CH2C – SkoA + AMP + PP1
Mula-mula asam lemak bereaksi dengan ATP dan enzim
membentuk kompleks enzim-asiladenilat. Molekul asiladenilat tersiri atas gugus
asli yang berkaitan dengan gugus fosfat pada AMP. Molekul ATP dalam reaksi ini
diubah menjadi AMP dan pirofosfat. Kemudian asil AMP bereaksi dengan koenzim A
membentuk asli KoA. Pirofosfat dengan terhidrolisis menjadi 2 gugus fosfat.
Reaksi ini yang menyebabkan pembentukan asli KoA berlangsung dengan baik.
2.
Reaksi kedua ialah reaksi pembentukan
enoil KoA dengan cara oksidasi. Enzim
asli KoA dehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Perlu
diperhatikan bahwa reaksi ini mempunyai kesamaan dengan reaksi pembentukan asam
fumarat dari asam suksinat pada siklus asam sitrat. Koenzim yang dibutuhkan
dalam reaksi ini ialah FAD yang berperan sebagai akseptor hydrogen. Dua molekul
ATP dibentuk untuk tiap pasang electron yang ditransportasikan dari molekul
FADH2 melalui system transport electron.
O
O
RCH2CH2C – SkoA
+ E – FAD RC C – C – SKoA + E – FADH2
H
3. Dalam reaksi ketiga ini enzim enoil KoA hidratase
merupakan katalis yang menghasilkan L-hidroksiasil koenzim A. reaksi ini ialah
reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap antara C-2 dan C-3.
O OH O
RC
C – C – SKoA + H2O RC –
CH2 – C – SKoA
H
H
4. Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah
hidroksiasil koenzim A menjadi ketoasil koenzim A. Enzim reaksi ini dan
melibatkan NAD+ yang direduksi menjadi NADH. Proses oksidasi kembali NADH ini
melalui transpor electron dapat membentuk tiga kolekul ATP.
OH O
O O
RCH – CH2 – C –
SKoA + NAD R – C – CH2 – C –
SKoA
+ NADH + H+
5. Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C – C,
sehingga menghasilkan asetil koenzim A dan asil koenzim A yang mempunyai jumlah
atom C dua buah lebih pendek dari molekul semula.
O O
O O
R
– C – CH2 – C – SKoA + HS – KoA R – C – SKoA + CH3C – SKoA
Asil koenzim A yang terbentuk pada reaksi
tahap 5 mengalami metabolism lebih lanjutmelalui reaksi tahap 2 hingga tahap
5dan demikan seterusnya samapai rantai C pada asam lemak terpecah menjadi
molekul-molekul asetil koenzim A. selanjutnya asetil koenzim A dapat
teroksidasi menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat atau digunakan untuk
reaksi-reaksi yang memerlukan asetil koenzim A.
Dari
reaksi-reaksi tahap 1 samapai tahap 5, tampak bahwa semua substrat adala
derifat dari hasil koenzim A. terbentuknya asil koenzim A dari asam lemak
memerlukan energy yang diperoleh dari ATP. Perubahan ATP menjadi AMP berarti
ada dua buah ikatan fosfat berenergi tinggi yang digunkan untuk membentuk
asetil koenzim A. semua enzim yang bekerja dalam reaksi-reaksi tersebut terdapat
pada mitokondria sehingga energy yang ditimbulkan dapat disimpan lebih efisien.
Energy yang
dihasilkan oksidasi asam heksanoat hingga terbantuk CO2 dan H2O melalui siklus
asam sitrat dapat dihitung sebagai berikut:
Reaksi
ikatan berenergi tinggi
1.
Asam
heksanoat heksanoil
SKoA -2
2.
Heksanoil
SKoA 3 asetil SKoA
a.
2
FADH 2 FAD
(2x2=4)
4
b.
2
NADH+ H+ 2 NAD + H2
(2x3=6) 6
3.
3
asetil SKoA 6 CO2 + 3H2O
+ 3HSKoA
(3x12=36)
36
Jumlah 44
Pada oksidasi glukosa dihasilkan
36 ikatan berenergi tinggi, jadi asam lemak dengna jumlah atom C yang sama
dengan glukosa menghasilkan energy lebih banyak.
Asam lemak
yang mempunyai jumlah atom C genap (2n) akan teroksidasi menjadi molekul n
molekul asetil koenzim A. untuk asam lemak yang mempunyai jumlah atom C ganjil,
maka hasil oksidasinya ialah beberapa molekul asetil koenzim A dan satumolekul
propionil koenzim A. propionil koenzim A dapat diubah menjadi suksinil koenzim
A melalui beberapa reaksi sebagai berikut.
H COO- COO-
H
C CH3 HCO3-+ATP
AMP+PP HC CH3 H3C – C – H
C S
C S C – S
O O
O
Propionil KoA
D-metilmalonil KoA
L-metilmalonil KoA
Propionil
koenzim A diubah menjadi D metilmalonil koenzim A dengan karbosilasi yang
menggunakan HCO3- dan ATP. Propionil
koenzim A karboksilase adalah suatu enzim-biotin yang menjadi katalis dalam
reaksi tersebut. Kemudian isomer D dari metilmalonil koenzim A segera membentuk
isomer L dengan katalis enzim metilmalonil KoA rasemase.
H COO-
H COO-
H – C – C –
H
H – C – C – H
H C – S – KoA
KoA – S – C H
O
O
L-metilmalonil
suksinil KoA
L-metilmalonil
koenzim A ini pada reaksi berikutnya diubah mejadi suskinil koenzim A, engan
enzim metilmalonil KoA mutase sebagai katalis dan deoksiadenosilkobalamin
sebagai koenzim (koenzim B12) .
Oksidasi
Asam Lemak Tidak Jenuh
Seperti pad asam lemak jenuh, tahap petama oksidasi
asam lemak tidak jenuh adalah pembentukan asilkoenzim A. selanjutnya molekul
asli koenzim A dari asam lemak tidak jenuh tersebut mengalami pemecahan melalui
peoses B oksidasi seperti molekul asam lemak jenuh, hingga tebentuk senyawa –
sis – sis – asil KoA atau trans – sis – asil KoA, yang tergantung pada letak
ikatan rangkap pada molekul terebut. Untuk mendapatkan gambaran yag menyebar
dari proses oksidasi ini, akan diberikan contoh oksidasi asam linoleat. Tahapan
reaksi dalam oksidasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Linoleil
KoA yang terbentuk paa proses pertama, kemudian dipecah menjadi proses B
oksidasi, ssehingga menghasilkan 3 molekul asetil KoA, yang oleh enzim
isomerase diubah menjadi 3 sis -
6 – sis – dienoil KoA, yang oleh enzim isomerse diuah menjadi 2 – trans –
6 – sis – dienoil KoA. Senyawa ini kemudia
mengalami proses a okidasi sehingga menghasilkan 2 molekul asetil KoA dan 2 – sis – enoil KoA yang oleh enzim hidratese diubah menjadi
D(-) B – hidroksiasil KoA dan selanjutnya mengalami proses epimerisasi yang
dibantu oleh enzim epimerase membentuk L(+) B oksidasi dan dengan terbentuknya
4 molekul asetil KoA maka selesailah rangkaian reaksi kimia pada proses
oksidasi asam linoliat tersebut. Dari 1 molekul asam linoleat terbentuk 9
molekul asetil KoA
Pembentukan dan Metabolisme Senyawa Keton
Asetil koenzim A yang dihasilkan oleh reaksi
oksidasi asam lemak dapat ikut dalam siklus asam sitrat apabila penguraian
lemak dan karbohidrat seimbang. Dalam siklus asam sitrat, asetil koenzim A
bereaksi dengan asam oksaloasetat menghasilkan asam sitrat. Jadi ikut sertanya
asetil koenzim A dalam siklus asam sitrat tergantung pada tersedianya asam
oksaloasetat dan hal ini tergantung pula pada konsentrasi karbohidrat. Dalam
keadaan berpuasa atau kekurangan makan, konsentrasi karbohidrat (glukosa)
berkurang sehingga sebagian dari asam oksaloasetat diubah menjadi glukosa.
Karenanaya asetil koenzim A dari lemak tidak masuk dalam siklus asam sitrat,
tetapi diubah menjadi asam oksaloasetat, asam hidroksibutirat, dan aseton.
Ketiga senyawa tersebut dinamakan senyawa keton. Senyawa keton terjadi dari asetil koenzim A
apabila penguraian lemak terdapat dalam
keadaan berlebihan. Metabolisme glukosa diatur oleh hormone insulin yang
dikeluarkan oleh pancreas. Apabila seseorang kekurangan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat, tetapi tidak dapat digunakan oleh sel karena tidak
dapat diubah menjadi glukosa – 6 – fosfat. Hal tersebut dialami oleh penderita
diabetes. Oleh karena sel tidak dapat menggunaka glukosa, maka energy yang
diperlukan diperoleh dari penguraian lemak
dan metabolism protein. Sebagai akibat pembentukan asetil koenzim A
bertambah banyak dan hal ini menyebabkan terbentuknya senyawa keton secara
berlebih.
Dalam keadaan normal, jaringan dalam tubuh
menggunakan senyawa keton dengan jumlah yag sama dengan yang dihasilkan oleh
hati. Konsentrasi senyawa keton dalam darah sangat rendah (kurang dari 1 mg per
100 ml darah) dan urang dari 0,1 gram yang dikeluarkan bersama dengan urin
setiap hari. Pada penderita diabetes yang parah, konsentrasi senyawa keton
dapat mencapai 80 mg per 100 ml darah. Hal ini disebabkan oleh karena produksi
senyawa keton lebih besar dari pada penggunaannya. Penimbunan senyawa keton
dalam darah disebut ketosis dan pengeluaran melalui urin dapat mencapai 100
gram atau lebih tiap hari (kenutoria).
Asam asetoasetat terbentuk dari asetil koenzim A
melalui tiap tahap reaksi. Tahap pertama dua molekul asetil koenzim A
berkondensasi membentuk asetoasetil koenzim A. enzim ketiotiolase bekerja
sebagai katalis pada reaksi tahap pertama ini. Selanjutnya pada reaksi tahap
kedua asetoasetil oenzim A bereaksi dengan asetil koenzim A dan air
menghasilkan 3 – hidroksi- 3- metilglutaril koenzim A. dalam reaks ini enzim
hidroksi- metilglutaril koenzim A sintetase beerja sebagai katalis. Reaksi
tahap ketiga ialah pemecahan 3 – hidroksi – 3 – metilglutaril koenzim A menjadi
asetil koenzim A dan asam asetoasetat. Bila reaksi tahap 1 sampai dengan tahap
3 dijumlahkan maka dapat dituliskan sebagai berikut:
2 asetil SKoA + H2O asam asetoasetat + 2HSKoA+ H+
Asam
asetoasetat yang terjadi, secara spontan membentuk aseton dengan jalan
dekarboksilasi. Disamping itu asam 3 –hidroksi – butirat dapat dibentuk dari
asam asetoasetat dengan jalan reduksi. Enzim yang bekerja di sini ialah D – 3 –
hidroksibutirat dehidrogenase dengan NADH sebagai koenzim.
Pembentukan
asam asetoasetat dan 3 – hidroksibutirat berlangsung terutama dalam hati. Kedua
senyawa tersebut adalah sumber energy bagi pernapasan alam sel. Otot jantung
menggunakan asam asetoaetat sebagai sumber energy, sedangkan sel otak dalam
keadaan normal menggunakan glukosa sebagai sumber energy, tetapi dalam keadaan
kelaparan atau diabetes, sel otak juga dapat menggunakan asam asetoasetat
sebagai sumber energy.
Sintesis Asam Lemak
Sintesis asam lemak bukan berarti kebalikan
dari jalur penguraian asam lemak, artinya pembentukan asam lemak sebagian besar
berlangung melalui jalur metabolic lain, walaupun ada sebagian kecil asam lemak
yang dihasilkan melalui kebalikan dari reaksi penguraian asam lemak dalam
mitokondria.
Pada hakikatnya sintesis asam lemak berasal
dari asetil KoA. Enzim yang bekerja sebagai katalis adalah kompleks enzim-
enzim yang terdapat pada sitoplasma, sedangkan enzim pemecah asam lemak
terdapat pada mitokondria. Reaksi awal adalah karboksilasi asetil koenzim A
menjadi malonil koenzim. Reaksi ini melibatkan HCO3 dan energy dari ATP. Dalam
sintesis malonil koenzim A ini, malonil koenzim A karboksilase yang mempunyai
gugus prostetik biotin bekerja sebagai katalis. Reaksi pembentukan malonil
koenzim A sebenarnya terdiri atas dua reaksi berikut :
Biotin – enzim + ATP + HCO3- CO2 – Biotin – enzim + ADP + Pi
CO2 – biotin – enzim + asetil KoA malonil KoA + biotin – enzim
Biotin
terikat pada suatu protein yang disebut protein pengangkut karboksilbiotin.
Biotin karboksilase adalah enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi
karboksilasi biotin. Reaksi kedua ialah pemindahan gugus karboksilat kepada
asetil koenzim A. Katalis dalam reaksi ini ialah transkarboksilase.
Telah
teliti bahwa zat- zat antara dalam sintesis asam lemak di ikat oleh suatu
protein pengangkut asil (acyl carrier
protein ) atau ACP. Ikatan ini terjadi pada ujung molekul yang mengandung
gugus –SH, yaitu gugus fosfopantoteinat. Gugus ini terdapat pula pada molekul
koenzim A.
Sistem enzim yang bekerja sebagai katalis
dalam sintesis asam lemak jenuh dari asetil koenzim A, malonil koenzim A dan
NADPH disebut asam lemak sintetase dan merupakan suatu kompleks multienzim.
Tahap berikutnya dalam sintesis asam lemak adalah tahap memperpanjang rangkaian
atom C, yang dimulai dengan pembentukan asetil ACP dan malonil ACP, dengan katalis
asetiltransasilase dan malonil transasilase.
Malonil transasilase bersifat sangat khas,
sedangkan asetil transasilase dapat memindahkan gugus asil selain asaetil,
walaupun lambat. Asam lemak dengan jumlah atom C ganjil isintesis berawal dari propionil
ACP. Asetil ACP dan malonil ACP bereaksi membentuk asetoasetil ACP, dengan
enzim asil – malonil ACP kondensase sebagai katalis.
Asetil ACP + malonil
ACP asetoasetil ACP + ACP
+ CO2
Pada
reaksi konensasi ini, senyawa 4 atom C dibentuk dari senyawa 2 atom C dengan
senyawa 3 atom C dan CO2 dibebaskan. Tahap selanjutnya ialah reduksi gugus keto
pada C no 3, dari asetoasetil ACP menjadi 3-hidroksibutiril ACP dengan ketoasil
ACP reduktase sebagai katalis. Kemudian 3- hidroksibutiril ACP diubah mnejadi
krotonil ACP dngan pengeluaran molekul air (dehidrasi).
Enzim yang beerja pada reasi ini ialah 3-hidroksi
asil ACP dehidratase. Reaksi terakhir dari putaran pertama sintesis sam lemak
ialah pembentukan butiril ACP dari krotonil ACP denga katalis enoil ACP
reduktase. Jadi putaran pertama proses perpanjangan rantai C ini telah mengubah
asetil koenzim A menjadi butiril ACP.
Putaran kedua pada proses perpanjangan rantai C
dimulai dengan reaksi butiril ACP dengan malonil ACP dan seterusnya seperti
reaksi-reaksi pada putaran pertama. Demikian
setelah beberapa putaran maka asam lemak terbentuk pada reaksi terakhir
yaitu hidrolisis asil ACP menjadi asam lemak dan ACP. Sebagai contoh sintesis
asam palmitat mempunyai persamaan reaksi sebagai berikut:
7 asetil KoA + 7 CO2 + 7
ATP + 7 H2O
7
malonil KoA + 7 ADP + 7 P + 14 H
Asetil KoA + 7 malonil KoA + 14
NADPH + 20 H + H2O
Asam palmitat + 7 CO2 + 14 NADP+ + 8 HS
KoA
Persamaan
reaksi keseluruhan menjadi:
8 asetil KoA + 7 ATP +
14 NADPH + H2O + 6 H+
Asam palmitat + 14 NADP+
+ 8 HS KoA + 7 ADP + 7 P1
Dari contoh diatas tampak bahwa asam palmitat
terbentuk dari 8 molekul asetil KoA, 14 NADPH dan 7 ATP. Asam palmitat dibuat
dalam sitoplasma, sedangkan asetil KoA dibentuk dari asam piruvat dalam
mitokondria. Oleh arenanya asetil KoA harus diangkut dari mitokondria kedalam
sitoplasma. Membran mitokondria ternyata tidak permeabel terhadap asetil KoA,
jadi harus diubah dahulu menjadi asam sitrat yang dapat menembbus membrane
mitokondria. Setelah sampai dalam sitoplasma asetil KoA dilepaskan lagi dengan
bantuan sitrat liase sebagai katalis.
Asam sitrat + ATP + HS KoA
asetil KoA + ADP + P1 + oksaloasetat
Asam oksaloasetat yang terbentuk dalam sitoplasma
ini harus dikembalikan ke dalam mitokondria. Membrane mitokondria tidak
permiabel terhadap asam oksaloasetat, karena itu oksaloasetat diubah dahulu
menjadi piruvat melalui asam malat. Dalam reaksi ini NADPH dihasilkan dari
NADH. Mula-mula asam oksaoasetat direduksi oleh NADH menjadi asam malat.
Katalis dalam reaksi ini malat dehidrogenase yag terdapat dalam sitoplasma.
Kemudian asam malat diubah menjadi asam piruvat.
Asam oksaloasetat + NADH + H+ asam malat + NAD+
Asam malat + NADP+ piruvat + CO2 + NADPH
Asam
piruvat yang dihasilkan dalam reaksi tersebut dapat masuk kedalam mitokondria
dan diubah menjadi asam oksaloasetat oleh piruvat karboksilase.
Asam piruvat + CO2 + ATP + H2O
Asam oksaloasetat + ADP + P1 + 2 H+
Proses
pemindahan satu molekul asetil koenzim A dari mitokondria kedalam sitoplasma
dapat menghasilkan suatu molekul NADPH. Pembentukan asam palmitat membutuhkan 8
molekul asetil koenzim A, oleh karenanya terbentuk pula 8 molekul NADPH. Telah
dijelaskan bahwa
pembentukan
asam palmitat membutukan 14 molekul NADPH. Kekurangan 6 molekul NADPH diperoleh
dari reaksi pembentukan ribulosa-5-posfat dari glukosa- 6-posfat.
Pembentukan
ribulosa-5-fosfat dari glukosa-6-fosfat
O O
H – C – OH C
= O C CO3
+
H – C – OH NADPH H – C – OH H – C – OH CH3OH
O NADP+
+
H+ OH2O
H+
NADP+ NADPH
HO – C – H HO – C – H HO – C – H C = O
1 2 3
H – C – OH H – C – OH H – C – OH H – C – OH
H – C H – C H – C – OH H – C – OH
CH3OPO32- CH3OPO32- CH3OPO32- CH3OPO32-
Glukosa-6-fosfat 6-fosfoglukono-lakton 6-fosfoglukonat ribulosa-5-fosfat
Tiga
molekul ribulosa-5-fospat dapat diubah menjadi dua molekul heksosa dan satu
molekul triosa yang dapat masuk kedalam proses glikolisis.
Beberapa cirri penting yang dapat kita amati pada sintesis asam lemak ialah:
1. Sintesis asam lemak terjadi pada sitoplasma, sedangkan oksudasi terjadi
pada
2. Senyawa-senyawa antara dalam sintesis asam lemak terikat pada ACP,
sedangkan pada pemecahan asam lemak, senawa-senyawa antara terikat pada koenzim
A.
3. Beberapa enzim yang bekerja sebagai katalis pada sintesis asam lemak
merupakan suatu komplek multienzim yang disebut asam lemak sintetase. Pada
pemacahan asam lemak tidak terdapat system multienzim.
4. Perpanjangan rantai C pada sintesis asam lemak ialah penambahan 2 atom C
secara berturut-turut yang berasal dari asetil koenzim A. Adapun senyawa yang
berfungsi sebagai donor unit 2 atom C ialah malonil ACP.
5. Dalam sintesis asam lemak, NADPH berfungsi sebagai reduktor.
Biosintesis Trigliserida
Jalur metabolic biosintesis suatu
trigliserida dapat terlihat pada gambar 11-9. Tahap pertama sintesis
trigliserida ialah pembebentngkan gliserofosfat, baik dari gliserol ( reaksi1 )
maupun dari dihidroksi aseton fosfat
(reaksi 2 ). Reaksi 1 berlangsung dalam hati dan ginjal dan reaksi 2
berlangsung dalam mukosa usus serta dalam jaringan adipose. Selanjutnya
gliserofosfat yang telah terbentuk bereaksi dengan 2 mol asil koenzim A membentuk
suatu asam fosfatidat ( reaksi 3 ). Tahap berikutnya ialah reaksi hidrolisis
asam fosfatidat ini dengan fosfatase sebagai katalis dan menghasilkan suatu 1,
2-digliserida ( reaksi 4 ). Asilasi terhadap 1, 2-digliserida ini merupakan
reaksi pada tahap akhir karena molekul asli koenzim A akan terikat pada atom C
nomor 3, sehingga terbentuk trigliserida ( reaksi 5 ).
Biosintesis Fosfolipid
Dari gambar 11-9
juga dapat dilihat jalur metabolic biosintesis fosfolipid. Sebelum membentuk
trigliserida, 1, 2 trigliserida dapat bereaksi dengan sitidindifosat – kolin (
CDP – kolin ) menghasilkan fosfatidilkolin ( reaksi 10 ). Selain itu 1, 2,
digliserida dapat pula bereaksi dengan sitidindifosfat- etanolamina
menghasilkan fosfatidil etanolamina ( reaksi 6 ).
CPD – kolin dan CPD – etanolamina
dapat dihasilkan oleh reaksi sebagai berikut :
Etanolamina atau kolin mengikat gugus fosfat dari ATPdengan enzim kinase sebagai katalis
dan menghasilkanfosfoetanolamina atau fosforilkolin. Kemudian fosfoetanolamina
atau fosforilkolin bereaksi sebagai sitidintriosfat ( CTP ) menghasilkan CPD –
etanolamina atau CDP – kolin dapat bereaksi dengan I, 2 digliserida membentuk
fosfatidil etanolamina atau fosfatidilkolin. Fosfatidiletanolamina dapat juga
terbentuk dari fosfatidilserin dengan reaksi dekarboksilasi ( reaksi 7 ).
Sebaliknya fosfatidilserin dapat terbentuk dari fosfatidiletanolamina dengan
serin. Dalamreaksi ini terjdi pergantian gugus etanolamina dengan gugus serin (
reaksi 8 )
Biosintesis Kolesterol
Pada dasarnya kolesterol disintesis dari asetil koenzim A
melalui beberapa tahapan reaksi. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa
asetil koenzim A diubah menjadi isopentenil pirofosfat dan dimetalil pirofosfat
bereaksi membentuk kolesterol. Pembentukan kolesterol ini juga berlangsung
melalui bebrapa reaksi yang membentuk senyawa – senyawa antara, yaitu geranil
pirofosfat skualen dan lanosterol.
Kecepatan pembentukan kolesterol diengaruhi oleh
konsentrasi kolesterol yang telah ada dalam tubuh. Apabila dalam. tubuh
terdapat kolesterol dalam jumlah yang telah cukup, maka kolesterol akan
menghambat sendiri reksi pembentukannya ( hambatan umpan balik ). Sebaliknya
apabila jumlah kolesterol sedikit karena berpuasa kecepatan pembentukan
kolesterol meningkat.